Langsung ke konten utama

Tugas Literasi

Puisi Akrostik


sebuah dialog untuk generasi bangsa.


Generasi penerus bangsa, mereka berujar.
Entah meneruskan apa, kami hanyalah api yang berkobar.
Negara yang kacau karena dewan perwakilannya meracau?
Elit buncit yang melilit rakyat hingga pailit?
Rasanya kami bukanlah penerus semua itu.
Abaikan kata penerus, kami adalah pendobrak.
Saatnya dobrak kebobrokan yang berkerak.
Ingatlah semangat pendahulu bangsa yang bergolak.

Bukan, kami bukan generasi yang tak acuh.
Ambil semua omong kosong dan buang jauh-jauh.
Naluri tidak izinkan kami berada di kolam keruh.
Gejolak semangat pemuda membasuh.
Sekarang, siapa yang harus benahi kondisi gaduh?
Amunisi kami siap bergemuruh.

TIARA AULIA ZALYANTI
XII MIPA 3 (35)
TUGAS LITERASI - PUISI AKROSTIK

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keracunan Zenius

Berawal dari liat-liat Instagram Stories yang rata-rata gue skip semua, gue berhenti sebentar buat liat Stories akun Zenius Education yang isinya tentang lomba blog. Hadiahnya keren juga, siapa sih yang nggak kepengen buku biografi + buku "Mantappu Jiwa"nya Jerome Polin yang laris manis kaya yang nulis? Hehehe. Tapi di sini gue memang mau cerita aja tentang struggle gue dalam belajar, pengalaman gue pake Zenius, dan yang terpenting gimana si kuning-kuning Zenius ini sudah meracuni pikiran gue hahaha. Di tulisan ini, nggak ada cerita hebat orang yang lolos SNMPTN, SBMPTN, UM UGM, SIMAK UI, atau apalah nama-nama ujian seleksi PTN itu. Ya, ini cerita gue, anak kelas 11 SMA yang masih baru di Zenius. Basi banget kalo gue bilang, gue nyesel nggak pake Zenius dari dulu. Alhamdulillah gue kenal Zenius pas SMA dan untungnya belum menghadapi SBMPTN. Tapi mau gimana pun, gue tetep aja nyesel nggak pake Zenius dari dulu. Gue nggak tau gimana kalo gue pake Zenius dari SMP atau b

Hari Guru 2020

Teruntuk guru  — —insan cendekia. Kita muda, kita belia Mereka hadir dengan tugas mulia Mereka membimbing dengan nyaring T anpa pendidik, kita tak pandai menyelidik Tak pula memahami, apa arti hidup ini Ego kami menyelungkup Kelabu jelas menutup Namun mereka tetap sabar merangkul Sosok insan cendekia yang rela memikul lelah, agar ilmu tak memudar Bakti mereka tanpa ingkar, juga tak henti berpendar Membuka mata dan perasaan Sadarkan eksistensi tanpa delusi Mereka hadir membawa kenyataan Bahwa hidup adalah tentang esensi